April 06, 2008

PASIFITAS Pdt. Dr. Erastus Sabdono)

Pasifitas artinya keadaan tidak aktif, ini lawan pengertiaan dengan agresif. Pasifitas rohani artinya keadaan seseorang yang tidak mengalami pertumbuhan seperti Kristus. Seseorang yang fasif rohani bukan berarti berhenti berdoa, melayani pekerjaan Tuhan dan kegiatan gereja-gerejani lain yang biasa dianggap sebagai kegiatan rohani. Mungkin saja mereka masih melakukan hal-hal tersebut, tetapi apa yang dilakukan tidak membuatnya bertumbuh, sepikiran dan seperasaan dengan Tuhan Yesus.


Banyak orang berpikir bahwa kalau seseorang aktif dalam kegiatan pelayanan gereja berarti ia seorang yang aktif rohani. Anggapan ini salah. Untuk ini perlulah memahami apa yang dimaksud rohani itu. Rohani dari kata roh, yaitu segala sesuatu yang berlawanan atau bertolak belakang dengan hal-hal materi. Rohani juga menunjuk segala sesuatu yang bertalian dengan Tuhan. Kedewasaan rohani menunjuk kehidupan seperti Yesus; yaitu model manusia yang dikehendaki Bapa. Kenyataan yang tidak dapat disangkal, terdapat orang-orang kristen bertahun-tahun ikut Tuhan tetapi tidak menunjukkan pertumbuhan kedewasaan rohani. Penyesatan ini harus disadari, kalau tidak maka kebodohan ini akan menjerumuskan pelayan-pelayan Tuhan kepada kemunafikan yang makin besar dan terselubung (Matius 23:13-15).


Menanggulangi keadaan ini sesorang harus kembali kepada maksud Tuhan memanggil umat pilihanNya. Tidak ada yang sungguh-sungguh lebih diharapkan oleh Allah Bapa dari anak-anakNya, selain menjadi serupa dengan Tuhan Yesus. Inilah kedewasaan yang Tuhan kehendaki (Roma 8:28-29). Bila orang percaya kembali kepada maksud tujuan ini maka semua kegiatan hidup diarahkan kepada fokus yang jelas. Bila fokus demikian, maka pelayanan gerejani tidak melebihi kesibukan mengurus pertumbuhan kedewasaan rohani.


Kegiatan gereja bukanlah kesibukan pelarian karena tidak memiliki kesibukan lain. Kegiatan gereja tidak menjadi lahan mencari uang, prestise dan motivasi rendah lainnya. Selanjutnya pelayan-pelayan Tuhan tidak akan tergoda untuk menjadi "besar" diantara para hamba Tuhan dan anak-anaknya yang lain. Tidak ada kompetisi antar Pendeta. Bila proses pertumbuhan kedewasaan rohani terlebih dahulu barulah kualitas pelayan, bukan sebaliknya. Itulah sebabnya Tuhan memberikan "kuk" untuk "menjinakkan" kita, setelah didayagunakan (Matius 11:28-29).

Tidak ada komentar: