April 02, 2008

MANGKUK DAN BEJANA (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)

Dalam Ucapan Gabriel kepada Maria ada satu hal yang diulang dua kali : Maria sebagai orang yang dikaruniai atau beroleh kasih karunia (Lukas 1:28-30). Kata "yang dikaruniai" atau "beroleh Karunia" memiliki pengertian diperkenan. Tuhan, beroleh pemberian khusus. Dalam teks aslinya adalah kekharitomene (dari akar kata "kharis") yang dapat diterjemahkan highly favuored (karunia dari tempat maha tinggi atau karunia yang besar). Dalam teks lainnya diterjemahkan "The Lord is with you and has greatly blessed you" untuk Maria. Elisabeth ibu Yohannes Pembabtis memyebut Maria sebagai "wanita yang diberkati".



Dalam kisah Maria, ibu Yesus yang berkaitan dengan kelahiran Mesias ini dapat diperoleh suatu pelajaran rohani bahwa karunia dari tempat yang Maha Tinggi sebagai berkat untuk seseorang. Hal ini berkenaan kepercayaan dari Tuhan dan rencana Allah yang sedang Allah wujudkan atau selenggarakan. Tentunya ini melibatkan atau bertalian dengan keberadaan manusia itu sebagai orang yang dapat dipercayai oleh Tuhan, dan tanggung jawab atas tugas untuk menggenapi rencana-Nya. Konsep ini sangat bertentangan dengan konsep yang dimiliki oleh orang selama ini tentang karunia atau berkat dari Tuhan. Karunia Tuhan selalu hanya dikaitkan dengan keuntungan yang diiperoleh seseorang, tampa melibatkan atau bertalian dengan keberadaan individu tersebut, da terlepas dari tanggung jawab untuk bersama Tuhan menggenapi rencana-Nya. Inilah adalah pengertian orang Kristen kanak-kanak.



Melhat kisah dari Maria tersebut kita mendapat pelajaran rohani yaitu kesanggupan kita dan kesediaan kita untuk menerima "kharis" (grace in a person). Maria pribadi yang sanggup dan bersedia menerima karunia Allah itu. Ia seorang yang memiliki kepribadian "rendah hati dan taat kepada kehendak Allah". Kerendahan hati dan ketaatannya nampak dalam ucapan pengakuannya, sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu" (lukas 1:38). Hati seperti ini jarang dimiliki oleh manusia umumnya.



Pada umumnya manusia menghendaki agar kehendak, cita-cita, egonya sendiri yang terlaksana. Tidak memperdulikan apa kehendak dan rencana Allah dalam hidup ini. Kita masih memiliki kesempatan untuk memperoleh karunia dari tempat yang Maha Tinggi. Hal ini tergantung dari sikap hati kita dihadapan Tuhan. Oleh sebab itu, untuk memperoleh karunia hidup yang luar biasa ini, kita bukan saja memandang Allah sumber karunia tetapi juga hati kita "mangkuk atau bejana" tempat karunia itu dicurahkan. Dalam hal ini yang dipersoalkan bukan Tuhan berkenan memberikan atau tidak karunia-Nya, tetapi apakah kita bersedia dan sanggup menerima karunia-Nya. Yang menjadi kehendak Tuhan adalah dapat mencurahkan karunia dari tempat Maha Tinggi bagi setiap orang percaya.

Tidak ada komentar: