Dalam kejadian 2 dikisahkan Allah yang mengikat perjanjian dengan manusia pertama., mereka ditaruh ditaman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu atau mengelolanya. Mereka diperkenankan makan semua buah ditaman tersebut dan menikmati segala keindahannya, tetapi mereka tidak boleh makan buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Inilah perjanjian Allah dengan Adam&Hawa (Kejadian 2). Mereka menjadi umat Allah yang diberi tanggung jawab untuk ditunaikan, dirahmati untuk menikmati segala berkatNya. tetapi mereka harus juga menjaga diri untuk tidak melakukan apa yang merusak perjanjian tersebut. sayangnya, manusia pertama tidak menepati syarat perjanjian tersebut, mereka makan buah terlarang sehingga tersingkir dari hadapan Tuhan. Jadi, keberadaan Adam&Hawa di taman Eden bukan tampa ikatan, ada tanggung jawab yang harus dipenuhi disamping kenikmatan dalam persekutuan dengan Tuhan.
Abraham mengikat perjanjian dengan Allah semesta alam; Yahwe, dengan kesediaannya pergi meninggalkan Urkasdim. Inilah yang menjadi titik awal Abraham dan keturunannya menjadi umat piihan Allah (Kejadian 12;1-4). Panggilan Allah atas seseorang harus diresponi dengan benar. Hal ini bukan sesuatu yang mudah bagi Abraham. Keluar dari Urkasdim adalah keadaan yang tidak menentu, tetapi demi panggilan Yahwe Abraham patuh. Ternyata kesediaan Abraham keluar dari Urkasdim merupakan tonggak penting bagi kehidupan pribadi dan keturunannya, bahkan bagi semaua semua umat manusia di muka bumi ini. Dengan kesediaannya meninggalkan Urkasdim Abraham dipersiapkan menjadi nenek moyang Israel dan dari bangsa itu lahirlah Juru Selamat dunia. Berkat bagi semua bangsa.
Mempertimbangkan panggilan Abraham tersebut, timbul pertanyaan : "Apakah kita telah mengikat perjanjian dengan Yesus sebagai respon terhadap panggilanNya?". Masalah yang serius kita kita persoalkan berkenaan dengan hal tersebut : "Apakah kita merasa memiliki ikatan perjanjian dengan Tuhan, ikatan yang mempengaruhi seluruh kehidupan kita secara fundamental?". Alitab menunjukkan bahwa kita adalah tunangan atau mempelai wanita Kristus (2 Korintus 11:2). Mempertunangkan dalam teks aslinya tertulis hermosamen yang akar katanya adalah harmozo yang selain berarti dipertunangkan (to betroth), dinikahkan (espouse) juga bisa berarti bergabung untuk melakukan sesuatu pekerjaan (to joint) bersama-sama dalam hubungan yang eksekutif. Sama seperti sebuah pernikahan, maksud hidup bersama dengan pasangan hidup bukan hanya bisa tinggal dalam satu rumah, satu ranjang, makan satu meja tetapi juga kebersamaan dalam satu visi hidup, satu tujuan dan memiliki sasaran yang sama yang harus dituju. Kesediaan seorang wanita mengikuti visi hidup suami menunjukkan kesetiaannya. tanpa kesetiaan ini perjalanan pernikahan tersebut tidak dapat dilanjutkatkan. Demikian pula hubungan dengan Tuhan.
April 03, 2008
IKATAN PERJANJIAN (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar