April 10, 2008

Hidup Karena Percaya (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)

Manusia dilengkapi bukan hanya dengan rasio untuk berpikir secara rasional, tetapi juga hati untuk percaya. Namun kebanyakan orang hanya mau menerima dan meyakini sesuatu yang rasional, yang dapat dimengerti oleh akal manusia saja, tampa mempertimbangkan ada hal-hal yang tidak bisa diuraikan dengan rasio. Orang-orang seperti ini akan sulit mempercayai sesuatu diluar rasionya,dan yang belum ia lihat sendiri. Mereka berpendirian bahwa segala sesuatu harus ada penjelasannya secara logis. Dengan demikian, mereka akan melihat terlebih dahulu barulah percaya. Mempercayai sesuatu yang belum kelihatan atau belum terjadi, bahwa nantinya akan terjadi dan kelihatan, merupakan hal yang sangat sulit dilakukan oleh manusia dan bahkan oleh sebagian orang Kristen.


Orang percaya memiliki pikiran yang memang harus digunakan secara optimal sehingga bertindak secara rasional, namun orang percaya juga dituntut untuk "hidup karena percaya". Mengapa? Karena memang ada hal-hal yang tidak dapat diterima atau dicerna dengan rasio. Seperti misalnya Kerajaan Sorga atau kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus yang akan datang nanti (Roma 8:17). Untuk ini filosofinya haruslah seperti yang ditulis dalam 2 Korintus 5:7, yaitu : sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat.



Dalam Yohannes 1:45-48, Natanael terheran-heran karena Tuhan Yesus menyatakan bahwa Ia sendiri telah melihat Natanael sebelum Filipus memanggilnya. Kemudian Tuhan Yesus mengatakan bahwa ada perkara yang lebih besar akan disaksikannya lebih dari menyaksikan marifat yang yang Tuhan Yesus nyatakan. Hal yang lebih besar tersebut adalah kemuliaan yang akan dinyatakan Tuhan nanti diakhir zaman. Dari pernyataan Tuhan tersebut, Ia mengajar agar Natanael berani percaya kepada sesuatu yang diluar kemampuan akalnya. Dalam 2 Korintus 5:7, Paulus berbicara mengenai keyakinan terhadap realitas kehidupan dibalik kematian, yaitu setelah kemah fisik kita(tubuh) dibongkar Allah. Tuhan menyediakan suatu tempat yang lebih baik, yaitu tubuh kebangkitan dirumah Bapa. Realitas ini memang tidak dapat diurai dengan pikiran logis kita hari ini, sesuatu yang banyak orang tidak pecaya, kalaupun percaya hanya mulut saja. Kalau seseorang benar-benar percaya terhadap kehidupan dibalik kematian maka ia akan memiliki gaya hidup walking by faith, not by sight. Hal ini menjadi irama hidupnya.

Tidak ada komentar: