April 10, 2008

KETULUSAN (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)

Ditengah kehidupan dunia yang semakin tidak menentu sekarang ini, Tuhan mencari orang yang dapat menjadi rekan-Nya untuk meneruskan karya besar-Nya. Mari kita sejenak melihat kisah dari kelahiran Tuhan Yesus, terdapat satu sosok yang ikut berperan demi terciptanya karya besar-Nya. Yusuf adalah pemeran pembantu yang penting setelah Maria. Lebih dari orang Majus dan gembala, Tuhan mencari orang seperti Yusuf. Sesungguhnya apa yang istimewa dari pria ini sehingga ia dilayakkan menjadi kawan sekerja-Nya.


Ada satu hal yang menarik dalam kisah sekitar kelahiran Tuhan Yesus, yaitu ketika malaikat berkata kepada Yusuf : "Jangan takut mengambil Maria menjadi istrimu" (Matius 1:20). Malikat itu tidak berkata : "Jangan kecewa atau sakit hati". Dalam teks bahasa aslinya Mee fobethees. Kata Fobethees dari kata fobeo yang artinya takut (Ing. Fear). Tuhan tentu tahu apa yang ada dalam hati Yusuf. Ia lebih merasa takut ketimbang "sakit hati atau kecewa". Ia takut menghadapi kenyataan yang begitu menggoncangkan kehidupannya. Timbul pertanyaan mengapa demikian? Mengapa ia lebih merasa takut ketimbang kecewa atau sakit hati?


Apakah Yusuf kurang mencintai Maria, sehingga ketika mengetahui Maria mengandung ia bermaksud meninggalkannya? Setidaknya ia memiliki alasan dalam hatinya untuk meninggal Maria dengan diam-diam, karena ia tulus hati dan tidak ingin mencemarkan nama Maria dan membiarkan Maria bahagia dengan teman selingkuhnya ([pada waktu itu Yusuf belum tahu bahwa Maria hamil karena Roh Kudus). Alkitab mencatat : "Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya dimuka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam" (Matius 1:19). Bila Yusuf membongkar rahasia itu, maka hukuman yang pantas ditimpakan kepada Maria adalah hukuman mati dengan dirajam batu. Ia rela mencintai tampa memiliki.


Yusuf adalah seorang yang tulus hati (Yun.dikaios;Ing. ajust man),orang yang tidak memiliki keinginan merugikan orang lain atau mengupayakan penderitaan bagi sesamanya. Allah memakai Yusuf satu pihak adalah anugerah tetapi pihak lain Yusuf memiliki kualifikasi seorang yang bisa menjadi kawan sekerja Allah. Tuhan tidak melihat keberadaan lahiriahnya tetapi Tuhan melihat kapasitas hatinya untuk menjadi sekerja-Nya.


Dengan hal ini dapatlah kita temukan bahwa seseorang akan dipercayai menjadi rekan Kerja Allah, bila memiliki hati yang tulus . Oleh sebab itu, untuk menjadi kawan-sekerja Allah seseorang harus menggarap hatinya. Orang yang tulus hatinya akan mengawal pekerjaan Tuhan, dan tidak akan pernah mau berbuat jahat terhadap sesamanya. Namun dia akan rela berkorban demi keselamatan orang lain.

Tidak ada komentar: