Maret 31, 2008

PERAWAN SUCI (Pdt. Dr. Erastus sabdono)

2 Korintus 11:2 memuat suatu fakta mengenai keselamatan yang bersyarat. Setelah menjadi anak Tuhan, kita harus menunjukkan kesetiaan. Ukuran kesetiaan tersebut adalah menjadi perawan suci. Kata perawan suci dalam teks aslinya adalah parthenon hagneen. Parthenon dari kata partheonos (maiden-gadis, unmarried daughter). Hagneen dari kata hagnos yang berati bersih, tidak bercacat, modest, perfect. Perawan suci menunjuk kehidupan anak-anak Tuhan yang tidak bercacat, bermodel seperti yang Bapa kehendaki dan sempurna dimataNya.



Raja-raja jaman dahulu sebelum menikahi seorang wanita, wanita itu dipisahkan dari dunia luar. Didandani dan ditaburi dengan berbagai wewangian. Seperti kisah Ester (Ester 2:12). Hal ini bisa menjadi gambaran kehidupan orang percaya, sebelum menghadap Tuhan harus didandani terlebih dahulu. Untuk raja dunia saja rakyat berusaha memberi yang terbaik, untuk Tuhan kitapun harus berusah memberi yang terbaik.



Hubungan kita dengan Kristus digambarkan sebagai hubungan antara dua pasangan pribadi yang terikat dalam pertunangan. Inilah adalah hubungan yang sangat eksklusif. Tidak ada suatu ajaran agama yang menunjukkan hubungan antara Allah dan umat sebagai hubungan pertunangan. Untuk lebih jelasnya kita harus memahami adat pertunangan pada jaman itu. Biasanya pada kebudayaan orang Yahudi orangtualah yang menentukan jodoh untuk anak-anak mereka. Bila ternyata ada kesepakatan antara dua belah pihak, maka pihak pria membayar sejumlah uang (di Indonesia dikenal sebagai mas kawin). Sejak itu sebenarnya pasangan tersebut sudah syah, mereka telah menjadi suami-istri tetapi belum tinggal satu rumah. Menunggu satu tahun atau lebih maka barulah mempelai wanita diiringi pengiring datang kepada mempelai pria.



Demikian pula kita ini secara syah telah menjadi mempelai Tuhan, yaitu ketika Tuhan menebus kita dari kuasa gelap. Kita telah dibeli dengan harga yang lunas. Sekarang kita telah syah menjadi milik Tuhan (Yohannes 1:12-13; Efesus 1:3; 1 Korintus 6:19-20). Kita bukan akan dipertunangkan menjadi milik Tuhan, tetapi sudah dipertunangkan dan sudah menjadi milik Tuhan. Kehidupan seorang anak Tuhan adalah kehidupan yang dipersiapkan, didandani untuk bertemu dengan mempelai pria. Untuk ini kita harus serius menjadi mempelai Tuhan yang tidak bercela, seperti perawan suci. Jadi kehidupan kita hari ini sebagai umat pilihan adalah kehidupan yang sepenuh-penuhnya dan semata-mata dipersiapkan untuk menjadi mempelai yang layak bagi Tuhan. Kehidupan seperti ini bisa membangkitkan perasaan takut, sebab dianggap sebagai ketidak wajaran. Namun justru inilah kehidupan wajar umat pilihan yang akan dimuliakan bersama-sama dengan Kristus. Berani coba?

Tidak ada komentar: