Mei 06, 2008

Hidup Dalam Perencanaan Tuhan (Pdt. Dr. Erastus Sabdono)

Kehidupan yang benar seorang anak Tuhan adalah melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan -Nya (IKorintus 10:31). Untuk kemuliaan-Nya, artinya : untuk kepentingan-Nya dan sesuai dengan keinginan-Nya. Dalam hal ini, seharusnya kita mulai berprinsip bahwa segala sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya adalah haram; aku hidup untuk melakukan kehendak Tuhan, jika tidak demikian lebih baik aku tidak menjadi manusia.


Belajar dari pengalaman Lusifer. Lusifer diciptakan untuk melakukan kehendak Bapa, tetapi ia memberontak, yaitu : hendak memuaskan hasratnya sendiri. Lusifer hendak berkuasa seperti Tuhan, dengan cara demikian Lusifer hendak memerintah dirinya sendiri. Gaya hidup seperti ini yang iblis wariskan kepada banyak orang.


Dalam Yakobus 4:14 dikatakan bahwa "sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu ? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap". Uap bukan saja sekejap, tetapi juga tidak terprediksi bentuknya. Apa yang akan terjadi dalam hidup kita nanti tidak pernah kita tahu. Adalah bijaksana jika kita mengisi hari hidup ini hanya untuk menyukakan hati Tuhan dengan hidup dalam pengendalian-Nya. Kita harus mengerti bahwa hidup dalam pengendalian Tuhan atau penyerahan dimaksudkan agar kita terbimbing masuk kerajaan sorga, yaitu : dengan mempercakapkan rencana-rencana kita denga Tuhan, itu bukan bermaksud agar kita memperoleh keberhasilan atau mencapai apa yang kita cita-citakan, tetapi supaya kita hidup menuruti kehendak-Nya dan memenuhi rencana-Nya dalam hidup kita.


Mengapa Lucifer dikatakan congkak? Sebab ia tidak mau hidup dalam pemerintahan Tuhan. Itulah sebabnya, penyerahan diri untuk hidup dalam pemerintahan Tuhan adalah bentuk kerendahan hati. Hal inilah yang dinasihatkan Tuhan melalui Yakobus (Yakobus 4:13-17), agar kita tidak melupakan Tuhan dalam perencanaan. Kerendahan hati disini ternyata diukur oleh sejauh mana seseorang melibatkan Tuhan dalam segala perencanaan. Sikap seperti ini sesungguhnya merupakan sikap yang mengakui bahwa Allah adalah Allah semesta alam, yang menentukan segala sesuatu dan berkuasa menyelesaikan segala sesuatu. Bukan saja mengakui bahwa Allah yang berkuasa menentukan segala sesuatu, tetapi juga bertindak menyelesaikan segala sesuatu. Oleh sebab itu rencana kita harus dimulai dengan kalimat :"Bila Tuhan menghendakinya". Kurang dari ini, berarti kita sombong dihadapan Tuhan.

Tidak ada komentar: